Rabu, 20 Juli 2011

Recto Verso - Dewi Lestari

Akhirnya blog ini diupdate lagi,,setelah hampir 7 bulan dicuekin,, sekarang jadi saya jadi pengen cerita soal buku lama yang baru saya beli semingguan yang lalu. Judul bukunya "Recto Verso" ,ditulis ama Dewi Lestari alias Dee. Recto verso artinya adalah dua sisi yang berbeda tapi satu. Keduanya saling melengkapi bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri tapi sesungguhnya merupakan satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang ia ekspresikan dalam napas kreatifitas tunggal bertajuk "Rectoverso". Buku yang bukan sekedar buku ini termasuk salah satu generasi pertama sastra di indonesia yang menghadirkan dua sisi secara berdampingan yaitu musik dan fiksi. Buku ini hadir bersama CD berisi 11 cerpen dan 11 lagu yang masing-masing lagunya menceritakan tentang isi cerpen,,makanya buku ini menganut motto '....dengar fiksinya baca musiknya...' :) . Jadi bisa dibilang cerpennya dan lagunya itu kayak bayi kembar lha :) .



This is a nice book,,dewi lesari emang gak pernah abal-abal deh klo nulis buku,sudah terbukti dengan karya-karya'nya yang lain kayak Supernova, Perahu Kertas, Filosofi kopi dan lain-lain. Thanks for my friend vira lha yang sudah buat saya tau buku ini :D.

Just sharing aja nih ada beberapa comment juga nih dari beberapa penulis lain tentang buku ini. Positive comment dong tentunya :)

Andrea Hirata (Penulis):
Daya tarik unik tulisan Dee adalah ia selalu menghormati intelektualitas pembaca.

Sitta Karina Rachmidiharja (Penulis):
Memaknai Rectoverso (melalui mata dan telinga) adalah kegiatan menggugah nurani sekaligus meneduhkan jiwa. Ilustrasi rintikan hujan, kilauan cahaya, tunas-tunas muda yang baru tumbuh, dan pucuk dandelion yang beterbangan... kesemua itu bukannya tanpa arti, karena Dee mengajak kita mengolah otak dan hati secara bersamaan dengan kemampuannya yang masif dalam mengurai kata, kiasan, serta metafora yang tidak hanya indah dan cerkas namun juga intim.

Goenawan Mohamad (Penulis, Kolumnis):
Di balik bentuk dan desain buku ini yang mungkin teramat “ngepop”, Dee bercerita dengan kejernihan dan kelembutan yang memukau. Kisah-kisahnya (“Malaikat Juga Tahu”, “Firasat”) adalah empati yang, tanpa berlebihan, menjangkau ke dalam hidup mereka yang mencintai dan tak berdaya. Bagi saya, cerita-cerita ini karya Dee yang terbaik: matang tapi tetap dengan rasa yang murni, sederhana tapi menampilkan apa yang luar biasa dari permukaan yang biasa.

Richard Oh (Penulis):

Dari buku ke buku, Dee membuktikan diri sebagai penulis yang semakin mapan dalam eksplorasi gaya bahasa dan memancangkan penguasaannya di wilayah kisah-kisah bermakna spiritualitas.

Seno Gumira Ajidarma (Penulis):

Rectoverso seperti puisi dalam sebelas bagian, ketika bukan alur maupun cerita yang penting melainkan nuansa bahasa dan suasana hati penuturnya berbicara. Menurut pengamatan sekilas saya, Rectoverso adalah lompatan dari buku-buku Dee sebelumnya. Karya ini membuat kita menghargai, menghormati, dan menikmati dunia personal.
PLUR
Putri Touor, si Smith Delvis

1 komentar: