Rabu, 08 September 2010

Tidak Ada Kasih Yang Lebih Besar - Chicken soup

Sebuah kisah dari Chicken soup for the Unsinkable Soul,,,


" Tidak Ada Kasih Yang Lebih Besar"

Apapun yang mereka tuju, peluru mortir itu mendarat disebuah panti asuhan yang dikelola oleh sebuah kelompok misionaris di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Misionaris dan satu atau dua anak langsung tewas secara mengerikan, sedangkan beberapa anak lain terluka, termasuk seorang gadis kecil sekitar delapan tahun.

Orang-orang dari kampung itu segera meminta pertolongan medis dari sebuah kota terdekat yang memiliki hubungan radio dengan tentara Amerika. Akhirnya, seorang dokter dan seorang perawat dari angkatan Laut Amerika tiba disitu dengan sebuah jeep yang hanya membawa obat-obatan dan perlatan medis seadanya. Mereka menemukan bahwa cedera anak perempuan itu yang paling kritis. Tanpa tindakan cepat, ia akan meninggal karena shock dah kehabisan darah.

Tranfusi darah merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar, dan untuk itu diperlukan darah dengan jenis yang sama. Pengujian secara cepat menunjukan bahwa diantara orang amerika tidak ada yang memiliki golongan darah yang sama, tetapi beberapa anak panti yang tidak terluka memilikinya.

Sang dokter tidak begitu menguasai bahasa Vietnam, sedangkan bahasa Perancis sang perawat hanya sebatas yang diperoleh di SMU (Vietnam adalah daerah jajahan Perancis pada abad ke-19). Dengan kombinasi itu, ditambah bahasa isyarat mereka mencoba menerangkan kepada anak-anak yang masih ketakutan itu bahwa si gadis kecil itu membutuhkan sumbangan darah agar bisa terus bertahan hidup. Kemudian mereka bertanya apakah ada diantara mereka yang bersedia memberikan darah.

Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa. Setelah agak lama, seorang anak mengancungkan tangannya perlahan-lahan tetapi dalam keraguannya ia menurunkannya lagi,
walaupun kemudian mengancungkan tangannya lagi.
" Oh. terima kasih, " kata sang perawat dalam bahasa perancis. "Siapa namamu?"
" Heng," jawab anak itu

Heng dengan cepat berbaring diatas tandu, lengannya diusap dengan alkohol, dan kemudian sebatang jarum dimasukan kedalam pembuluh darahnya. Selama proses ini Heng terbaring kaku, tidak bergerak. Namun beberapa saat kemudian, ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutup wajahnya dengan tangannya yang bebas.
" Apakah kau kesakitan Heng?" tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian ia terisak lagi, walaupun berusaha menahan tangisnya itu. Sekali lagi sang dokter bertanya apakah jarum yang dipakai membuatnya sakit, dan sekali lagi Heng menggelengkan kepalanya.

Akan tetapi, sekarang isak yang tertahan-tahan berubah menjadi tangisan yang memilukan. Matanya dipejamkannya rapat-rapat, sedangkan tangannya berusaha menutup mulutnya untuk menahan tangis.

Tim medis itu menjadi khawatir. Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah, seorang perawat Vietnam segera datang. melihat anak kecil itu begitu tertekan, ia berbicara dengan cepat dalam bahasa Vietnam, mendengar jawaban anak itu, kemudian membalas dengan suara yang menghibur.Tidak lama kemudian, anak itu berhenti menangis dan memandang dengan mimik bertanya kepada sang perawat Vietnam. Ketika perawat itu mengangguk, tampak sinar kelegaan menyebar keseluruh wajahnya.

Sambil melihat keatas, perawat itu berkata lirih kepada tim medis amerika, " Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira anda, memintanya memberikan seluruh darahnya supaya gadis kecil itu tetap hidup."
"Tapi mengapa ia bersedia melakukannya?" tanya perawat angkatan laut
Perawat vietnam itu kembali bertanya kepada anak lelaki yang sedang menyumbangkan darah, yang menyahut singkat
" Ia sahabat saya."

Kolonel John W. Mansur


PLUR
Putri Touor,,, si Smith Delvis

3 komentar: